Pentingnya Transparansi dan Wujud Empirisme dalam Scrum

LivinginTelkom
3 min readJun 8, 2024

--

Transparansi dan Wujud Empirisme dalam Scrum

Scrum adalah sebuah kerangka kerja berbasis Agile yang telah digunakan oleh perusahaan-perusahaan IT untuk mendukung proses pengembangan produk berbasis aplikasi digital. Banyak yang percaya bahwasanya dengan mengimplementasikan Scrum, tim pengembang produk akan terasa lebih cepat, semakin produktif, dan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan produk dalam perusahaan dapat selesai begitu saja. Namun alih-alih menyelesaikan masalah secara langsung, Scrum sebenarnya hanya membuat masalah yang tidak kasat mata menjadi muncul pada permukaan. Mengapa demikian? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk memahami cara kerja Scrum secara mendasar, mulai dari landasan teori hingga praktiknya.

Tiga Pilar Empirisme Scrum

Berdasarkan panduan definitifnya, kerangka kerja Scrum berlandaskan pada teori “empiricism” atau empirisme. Teori empirisme mengatakan bahwasanya segala pengetahuan berasal dari pengalaman. Artinya, segala pekerjaan dalam lingkungan Scrum harus berdasarkan pada suatu bukti nyata atau bukan sekadar asumsi belaka. Empirisme pada Scrum sendiri memiliki tiga “pilar” yaitu transparansi, inspeksi, dan adaptasi.

Transparansi berarti seluruh aspek pekerjaan harus terlihat bagi pihak-pihak yang terlibat pada proses Scrum. Ketika seluruh aspek pekerjaan bersifat transparan, anggota tim Scrum dapat melakukan inspeksi atau memastikan kesesuaian pekerjaan terhadap tujuannya. Apabila menyimpang dari tujuannya, maka anggota tim Scrum dapat melakukan adaptasi atau penyesuaian pekerjaan agar tetap selaras dengan tujuannya.

Sinkronisasi antara ketiga pilar tersebut dapat membangun kepercayaan dalam lingkungan pengembangan produk berbasis Agile. Kepercayaan adalah faktor yang penting dalam proses Agile karena dapat memaksimalkan efektivitas dan efisiensi pengembangan produk. Lalu, bagaimana implementasi dari ketiga pilar tersebut dalam Scrum? Wujud dari ketiga pilar empirisme tersebut dapat ditemukan pada Scrum Events dan Scrum Artifacts.

Wujud Pilar Empirisme Scrum

Di dalam Scrum terdapat 5 Scrum Events dan 3 Scrum Artifacts. Setiap Events dan Artifacts memiliki fungsi tersendiri, tetapi dapat bersinergi satu sama lain untuk mewujudkan tiga pilar empirisme. Lima Scrum Events sendiri antara lain: Sprint, Sprint Planning, Daily Scrum, Sprint Review, dan Sprint Retrospective. Sementara 3 Scrum Artifacts yang dimaksud adalah Product Backlog, Sprint Backlog, dan Product Increment.

Pertama, proses Scrum bermula dari Sprint Planning. Sprint Planning adalah agenda untuk merencanakan pekerjaan untuk satu periode Sprint ke depan. Product Owner bersama Developers berkolaborasi melakukan inspeksi terhadap Product Backlog dan mengadaptasikan Product Backlog Item terpilih sesuai dengan Sprint Goal pada Sprint Backlog.

Kemudian selama Sprint berjalan, Developers melakukan proses berbasis empirisme setiap harinya pada agenda Daily Scrum. Pada Daily Scrum, Developers melakukan inspeksi terhadap perkembangan pekerjaan yang telah ditetapkan bersama dalam Sprint Backlog dan melakukan adaptasi sesuai dengan kemajuannya terhadap Sprint Goal.

Sebelum memasuki penghujung Sprint, Scrum Team bersama Stakeholders berkolaborasi secara transparan dalam melakukan inspeksi terhadap Increment produk yang telah dihasilkan oleh Developers selama satu Sprint. Di dalam agenda ini pula Stakeholders memberikan umpan balik dan Scrum Team, khususnya Product Owner, melakukan adaptasi terhadap Product Backlog sesuai masukan Stakeholders.

Di akhir Sprint, Scrum Team berkolaborasi melakukan inspeksi proses kerja tim (seperti cara kerja, alur komunikasi, dan perangkat pendukung) dalam satu Sprint yang sedang berjalan dan melakukan adaptasi berupa perbaikan atau penyesuaian pada Sprint berikutnya.

Secara menyeluruh, suatu Sprint dalam kerangka kerja Scrum dapat dikatakan sebagai wujud empirisme yang memberikan fasilitas bagi pengembang produk berupa proses inspeksi dan adaptasi yang kaya akan transparansi untuk menyelesaikan permasalahan kompleks.

Kesimpulan

Alih-alih menyelesaikan masalah secara langsung, Scrum membantu tim pengembang produk untuk menyelesaikan masalah kompleks dengan cara “menunjukkan” masalah tersebut dengan berbagai agenda dan artefak berlandaskan empirisme. Empirisme adalah fondasi dari Scrum yang memungkinkan tim untuk bekerja secara kolaboratif, responsif, dan adaptif. Dengan menerapkan tiga pilar Scrum, tim dapat mengatasi kompleksitas dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan pelanggan. Scrum bukan sekadar kerangka kerja, tetapi juga filosofi kerja yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan peningkatan berkelanjutan.

Bagi kamu yang ingin mengetahui informasi rekrutmen (GPTP, Professional, Internship), event, insight, dan lainnya, pantau terus akun Instagram @livingintelkom dan web rekrutmen di https://careers.telkom.co.id/ ya!

Written by Ilham Cahya Suherman, Product Manager at GEALileo

--

--

LivinginTelkom
LivinginTelkom

Written by LivinginTelkom

A professional youth community of @telkomindonesia Our story of Learn, Grow, Contribute to Indonesia: A great place for digital innovation champions

No responses yet